Kawan, kau bilang kau sedih. kecewa. benci. menyesal. Diantara kata-kata itu kau selipkan kalimat ‘mungkin juga cemburu’. Satu hal yang sebenarnya belum kau ketahui, yaitu rasa yang sedang menguasaimu: rasa marah. Marah pada dirimu sendiri.
Kalimat-kalimatmu membuat aku melihat diriku yang beberapa waktu lalu. Bedanya, kalimatmu mengalir di layar chatting, sedangkan kalimatku berkeliaran liar di urat dalam kepalaku. Nyakitin. Oh, untukku, perlu kutambahkan rasa jijik. Aku benci merasa lemah. Maka aku marah. Merasa lemah itulah yang membuatku jijik pada diriku sendiri. Ah tapi apalah aku, kita, manusia.
Jadi, kuketikkan kalimat yang dulu pernah kuharapkan singgah dari orang lain untuk masalah seperti ini, “Everything’s gonna be alright, take your time.”
Marahlah. Capeklah. Kemudian tidur.
Esoknya, rasakan angin dari jendela lab lantai 1.
Rasakan benar-benar.
And everything’s gonna be alright.
***
Nama ayahnya Sosroningrat, tapi apa kau tahu siapa yang melahirkan Kartini? Namanya Ngasirah, anak dari mandor pabrik gula. Jarang sekali disebut-sebut dalam sejarah. Di surat-surat Kartini pun, yang terlihat cuma ada rasa sayang Kartini pada Ayahnya. Pernahkah kau membayangkan perasaan sang ibunda? Kira-kira bagaimana perasaannya?