Dua anak laki-laki duduk di pintu angkot. Satu anak asik memainkan gitarnya yang kecil, bernyanyi. Satu lagi tak begitu terlihat dari tempatku duduk, dari suaranya.. mungkin menabuh gendang. Sebuah lagu selesai dimainkan. Dan lengan kecil sang penyanyi diulurkan ke dalam angkot. Seseorang menyodorkan sebungkus besar roti. Sang penyanyi cilik tertegun, menatapnya sebentar kemudian dengan susah payah dirangkulnya roti itu. Sekarang sang pemberi roti yang tertegun. Ia tak pernah menyangka roti itu berukuran hampir setengah badan sang penyanyi.
Sang penyanyi cilik melompat keluar dari angkot mengikuti sang penabuh gendang. Wajahnya berseri-seri, gitar di tangan kanannya, roti di tangan kirinya, diangkatnya ke atas seperti pemain gulat mengangkat sabuk kemenangan. Tubuhnya yang mungil pun berlonjak-lonjak girang, tak lama kemudian ia berceloteh, “yey! dapet ini! yey! yey! yey! dapet ini! yey! yey! yey!…” Keduanya masih berlompatan, angkot berlalu, pemandangan itu membekas, mata pun sembab.
pilu.