Saya suka sekali bubur ketan hitam dan bubur kacang hijau, terutama untuk sarapan. Tapi baru kali ini saya sengaja singgah ke pasar simpang hanya demi mencari menu sarapan itu. Lirik kanan, lirik kiri. Sayang sekali yang ada hanya kupat tahu dan teman-temannya. Usaha saya gagal. Sampai akhirnya saya teringat cerita Tiara mengenai Bapak penjual bubur ketan-bubur kacang hijau di depan parkiran sipil..
Dan ternyata pagi itu benar-benar sempurna! :) Tiga ribu rupiah untuk semangkuk bubur ketan hitam yang manis, birunya langit, hangatnya mentari, sejuknya angin pagi, dan senyum bapak penjual Bubur Ketan. Beliau memakai topi bundar, wajahnya tua, tapi selalu tersenyum seakan-akan baru lahir kemarin.
“Ketan hitamnya ya, pak..”
“Makan di sini, neng?”
“Iya, pak.. di sini..”
“Silahkan duduk, neng”, ucapnya tersenyum, mengangguk, mempersilahkan saya duduk di tempat duduk umum depan parkiran sipil, tapi saya merasa disambut di restoran mewah :)
“Pake roti?”
“Pake, pak..” :D
“Neng, mau segelas teh anget?”
“Mau dong, pak!” :D
“Ngga semua orang mau teh anget soalnya, jadi ditawarin dulu aja..”
“:)”
Semua di hidup ini sempurna, tergantung bagaimana kita memaknainya
satu yang pasti, Penciptanya jauh lebih sempurna :)